Sabtu, 10 September 2016

Air Terjun Temam - Niagara Mini Lubuklinggau

Berlokasi di sebelah selatan kota Lubuklinggau, tepatnya di Kelurahan Rahma Kecamatan Lubuklinggau Selatan I, terdapat sebuah lokasi wisata alam berupa air terjun yang disebut warga setempat dengan nama air terjun Temam.



Banyak yang menyebut air terjun ini adalah Air Terjun Niagara Mini karena kemiripannya dengan Air terjun Niagara yang berada di Amerika Serikat. Bentuknya yang memanjang dan mirip tirai raksasanya tetapi Air Terjun Temam ini lebih kecil ukuranya. Air Terjun Temam ini berasal dari aliran sungai Temam yang masih bersih dan terbebas dari sampah, jadi tidak perlu khawatir untuk tetap bisa menikmati dan bermain air di area air terjun ini.

Air Terjun Temam berbeda dengan air terjun tinggi menjulang yang biasa kita temui, air terjun yang terbentuk secara alami ini memiliki bentuk memanjang yang berukuran tinggi sekitar 12 meter dan lebar mencapai 25 meter. Keunikan batu yang berbentuk celah dan melengkung dibawah air terjun ini banyak dimanfaatkan oleh pengunjung yang duduk-duduk sambil menikmati sensasi jatuhnya air dihadapan mereka.


Keberadaan air terjun Temam sebenarnya sudah cukup lama diketahui oleh masyarakat Lubuklinggau. Namun selama ini, belum terlalu banyak masyarakat berkunjung ke tempat ini. Selain masih minimnya sarana dan prasarana pada saat itu, juga lokasi wisata ini belum tertata dengan baik. Tapi kini, air terjun Temam sudah disulap sedemikian rupa. Fasilitas-fasilitas penunjang layaknya sebuah tempat wisata, juga sudah dibangun oleh pemerintah.

Mulai tertatanya lokasi wisata alam air terjun Temam pada tahun-tahun belakangan ini, menjadi magnit tersendiri bagi masyarakat untuk mengunjungi lokasi ini. Kini, cukup banyak masyarakat yang mengisi datang kelokasi ini untuk mengisi liburan bersama keluarga.


Banyak cara untuk mengagumi air terjun ini. Dengan cara berfoto narsis dari atas dan dengan background air terjun, dengan hanya duduk didepan air terjun sambil menikmati hempasan embun air terjun dan dengan mendekat sambil bermain air di kolam yang berada di bawah air terjun. Kadang ada juga anak asli masyarakat sekitar yang berani terjun dari atas air terjun ke kolam yang mempunyai kedalaman sekitar 4 meter itu.


Air Terjun ini sangat sayang untuk dilewatkan apabila saat kita berada di Propinsi Sumatera Selatan, dari pintu masuk suara gemuruh air sudah menghiasi indera pendengaran kita. Dengan akses melewati anak tangga berjumalah kurang lebih 100 anak tangga yang sudah bersih dan tertata rapi dan melewati rindangnya pepohonan disekitar perjalanan. Sesampai di air terjun dengan pelataran yang luas bisa langsung menikmati atau beristirahat dahulu di beberapa tempat untuk istirahat yang berbentuk cendawan raksasa lengkap dengan tempat duduknya

Tak hanya bisa dinikmati pada siang hari. Keindahan air terjun Temam pun bisa dinikmati pada malam hari. Pemerintah setempat sengaja memasang lampu laser berwarna-warni, untuk memercantik air terjun ini. Jika mengunjungi lokasi wisata ini pada malam hari, maka pengunjung bisa menikmati pancaran lampu laser yang diarahkan ke air terjun, sehingga menimbulkan warna-warni indah untuk dipandang.




Baca Juga:





Sumber: Go Sumatera

Jumat, 26 Agustus 2016

Sungai Berkeramik di Desa Sawai, Maluku, Indonesia

Desa Sawai adalah desa yang sangat unik dan memiliki banyak sekali daya tarik. Desa Sawai terletak di Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tenggara. Dengan luas sekitar 15 hektar dan penduduk sekitar 4.000 jiwa, desa ini memiliki potensi alam yang lengkap. Jika ingin menikmati laut dan terumbu karang, kita bisa langsung melompat dari depan kamar. Jika ingin merasakan tantangan, bisa trekking ke Bukit Bendera untuk menikmati panorama Sawai dan pulau-pulau sekitarnya dari ketinggian.


Desa Sawai dilihat dari jalan menuju puncak Bukit Bendera

Selain itu, Sawai juga merupakan desa penyangga bagi Taman Nasional Manusela yang memiliki luas 189.000 hektar. Karena merupakan taman nasional, hutan beserta satwa di area ini tentu saja dilindungi kelestariannya. Warga Sawai pun tidak pernah mengambil kayu dari kawasan ini.

Mayoritas penduduk Desa Sawai adalah nelayan yang menggantungkan hidupnya dengan mencari ikan. Biasanya mereka mencari ikan tidak hanya dengan cara memancing, namun juga menggunakan sebuah tradisi yang bernama Kalawai. Kalawai adalah cara menangkap ikan dengan menggunakan tombak khusus yang umumnya dilakukan pada malam hari. Selain nelayan, para penduduk Desa Sawai juga banyak yang berkebun di wilayah sekitar desa. Adapun hasil perkebunan mereka adalah Palawija dan buah-buahan.

Yang menyita perhatian di desa Sawai adalah sebuah sungai kecil. Sungai tersebut memang kecil, namun digunakan untuk banyak aktifitas seperti mencuci bahkan mandi dan gosok gigi. Yang menarik adalah bagian pinggir sungai yang berbatas langsung dengan perumahan warga ini telah dipercantik dengan ubin keramik sehingga sekilas mirip dengan miniatur sungai di Venezia, Italia.


Sungai yang lebih mirip kolam renang ini merupakan sumber air bersih di Desa Sawai, yang berasal dari bebatuan di bawah tebing yang berbatasan dengan hutan.


Banyak anak kecil yang bermain air di tempat ini, sedangkan ibu mereka mencuci beras, baju dan berbagai perabot rumah tangga. Rupanya, sumber air bersih ini merupakan pusat kehidupan desa Sawai yang sudah menghidupi desa ini sejak dahulu kala. Warga desa sangat menghormati keberadaan mata air ini dan mereka menggunakan sumber air ini secara bertanggung jawab dan bersama-sama.





Desa Sawai konon merupakan desa tertua di seluruh daratan Maluku. Bicara mengenai tuanya desa Sawai tidak lepas dari asal muasal terbentuknya desa untuk pertama kali. Memang tidak ada literatur resmi yang menyebutkan tahun pasti desa ini terbentuk, namun masyarakat setempat mengatakan bahwa Desa Sawai pertama kali dibangun oleh para pedagang Arab yang datang ke pulau Seram jauh sebelum masa Spanyol, Portugis, bahkan Belanda datang ke Seram untuk memonopoli rempah-rempah. Oleh sebab itu, tidak heran bila budaya masyarakat Desa Sawai juga banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan Arab seperti musik gambus, baju gamis, bahkan banyak warga desa yang memiliki hidung mancung dan wajah seperti orang Arab.


Di tengah desa dapat dijumpai satu Mesjid besar yang menjadi pusat ibadah seluruh warga desa. Keberadaan Mesjid ini menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Sawai beragama Islam dan hal ini semakin meyakinkan bahwa sejarah nenek moyang penduduk Sawai yang berasal dari Arab. Rumah-rumah di Desa Sawai pun tampak berbeda dari desa modern pada umumnya. Perpaduan arsitektur Mediterania dan Eropa tampak menonjol pada bangunan rumah-rumah penduduk Sawai. Namun, sayangnya keunikan ini kurang dijaga sehingga banyak bangunan yang sudah terlihat usang.

Desa Sawai dilihat dari atas

Dermaga Sawai

Jernihnya air laut Sawai hingga karang-karang di kedalaman pun terlihat dari atas


Baca Juga:




Sumber: indonesiakaya.com

Kamis, 25 Agustus 2016

Penemuan Eksoplanet yang Paling Dekat dengan Kita

Kita mungkin telah mendapatkan kesempatan terbaik untuk menemukan kehidupan asing di luar tata surya kita. Sebuah planet berbatu yang mungkin menopang kehidupan telah ditemukan hanya empat tahun cahaya dari Bumi - relatif cukup dekat untuk ditempuh dengan misi ruang angkasa di masa depan.



Planet, dijuluki 'Bumi kedua', berada pada jarak yang tepat dari bintangnya untuk menjadi tuan rumah air cair, yang berarti memiliki potensi kehidupan asing.

Ini adalah planet ekstrasurya paling dekat yang pernah ditemukan, dan para ahli mengatakan misi ke planet ini untuk mencari tanda-tanda kehidupan bisa dilakukan dalam 'rentang hidup kita'

Para astronom telah menemukan bukti yang jelas bahwa bintang terdekat kita, Proxima Centauri, adalah matahari dari sebuah planet yang kemungkinan mirip Bumi. Kelompok peneliti, yang menggunakan teleskop European Southern Observatory (ESO), telah memberi nama planet ini dengan nama Proxima b.

Planet Proxima b terletak di sebelah Proxima Centauri dan Alpha Centauri (ditampilkan di kanan pada diagram)

Ribuan eksoplanets telah ditemukan sebelumnya, tapi tidak seperti yang lain, planet ini dalam jangkauan kita.

Meskipun empat tahun cahaya adalah jauh - lebih dari 25 triliun mil - generasi pesawat ruang angkasa super cepat masa depan diperkirakan dapat melakukan perjalanan ke planet tersebut dalam beberapa dekade mendatang. Lebih jauh di masa depan, planet ini bahkan mungkin dijajah oleh wisatawan ruang angkasa dari Bumi.

Benarkah Proxima b Layak Huni?
Salah satu kemungkinan hambatan bagi kehidupan untuk tumbuh dan berkembang di planet ini adalah cara pelukan bintang induknya.

Proxima b terletak sangat dekat dengan bintangnya, Proxima Centauri. Jaraknya hanya 7,5 juta kilometer. Coba bandingkan dengan jarak Matahari dan Bumi yang mencapai 149 kilometer.

Dengan jarak sedekat itu, salah satu konsekuensinya adalah waktu yang lebih singkat. Manusia bakal merayakan tahun baru setiap 11,2 hari.

Gambaran artis yg menunjukkan Proxima b sedang mengorbit bintangnya Proxima Centauri

Jarak yang dekat juga membuat Proxima b terkunci oleh bintangnya, disebut tidal lock. Hanya satu sisi planet yang menghadap bintangnya, persis seperti Bulan dan Bumi.

Konsekuensinya, akan ada wilayah yang selamanya malam, selamanya siang, dan selamanya mengalami pemandangan seperti senja. Konsep waktu akan berbeda dari di Bumi.

Manusia juga tak akan mengalami musim. Perbedaan cahaya yang diterima dari bintang hanya terjadi karena variasi jarak.

Don Lincoln, fisikawan di Fermilab, dalam tulisannya di CNN, mengatakan bahwa karakter Proxima Centauri sebagai bintang katai merah akan memengaruhi evolusi kehidupan di Proxima b.

Proxima b hanya menerima 0,17 persen sinar yang diterima Bumi dari Matahari. Sinar ada dalam bentuk inframerah dan sinar X. Sinar X yang diterima Proxima b lebih besar dari yang diterima Bumi dari Matahari.

Proxima Centauri juga dikenal dengan "flare star". Pada saat tertentu, bintang itu akan menghasilkan lebih banyak sinar. saat itu, sinar X yang diterima Proxima b bisa 10 kali lipat dari biasanya.

Jika saja ada tumbuhan di Proxima b, maka warnanya tak akan hijau. "Karena sinar bintang redup, kemungkinan besar tumbuhan di sana (bila ada) berwarna hitam," kata Lincoln.

"Cahaya bintang akan menjadi sesuatu yang sangat berharga. Tumbuhan akan berevolusi untuk mengoleksi setiap cahaya yang ada," imbuhnya.

Di atas semua itu, apakah planet Proxima b tersebut memang menjanjikan tempat untuk hidup? Dengan apa yang kita ketahui saat ini, bisa dibilang tidak.

Istilah layak huni tak begitu tepat. Sebab, "habitable" hanya merujuk pada komposisi planet yang berupa batuan serta lokasinya yang ada di goldilocks zone.

Perbandingan ukuran bagaimana Proxima Centauri muncul/terlihat di langit Proxima b, dibandingkan dengan bagaimana matahari terlihat di langit kita di Bumi. Proxima jauh lebih kecil dari matahari, tetapi Proxima b terletak sangat dekat dengan bintangnya.

Guillem Anglada Escude, astronom dari Queen Mary University of London yang memimpin studi, bahkan mengatakan bahwa saat ini bahkan belum diketahui apakah planet itu punya atmosfer.

Atmosfer sangat penting karena keberadaan atmosfer akan menentukan suhu permukaan.

"Temperatur permukaan prakiraannya 30 derajat Celsius kalau punya atmosfer. Kalau tidak memiliki, suhu permukaanya minus 40 derajat Celsius rata-rata," katanya. Untuk bisa mendukung kehidupan, setidaknya harus ada air cair. Jika tak punya atmosfer, maka air cair akan sulit didapatkan.

Namun seperti yang dikatakan Dr Mikko Tuomi, dari Pusat Penelitian Astrofisika di University of Hertfordshire

"Jika Proxima b memiliki atmosfer dan jika ada air di sana, maka akan menarik untuk berpikir bahwa bahan-bahan sederhana seperti air, karbon dioksida, dan bebatuan - yang diperlukan untuk pembentukan siklus biokimia yang kita sebut kehidupan, bisa hadir dan berinteraksi di permukaan planet ini."

Ukuran relatif sejumlah obyek, termasuk tiga anggota dari sistem triple Alpha Centauri dan beberapa bintang lainnya

Butuh waktu (mungkin satu dekade) untuk benar-benar mengetahui apakah Proxima b benar-benar bisa dihuni.




Baca Juga:











Rabu, 03 Agustus 2016

Lava yang Tersenyum di Kawah Pu'u O'o Gunung Kilauea Hawaii

Beberapa waktu lalu, Gunung Kilauea di Hawaii, AS, mengalami erupsi. Lava menyala di kawahnya yang secara alami membentuk senyuman, jadi viral di dunia maya.



Pelancong bernama Mick Kalber yang terbang naik helikopter penyelenggara tur Paradise Helicopters, berhasil merekam momen langka saat erupsi Gunung Kilauea. Momen yang terekam kamera adalah saat lava di kawah gunung yang disebut Pu'u O'o tampak seperti emoji senyum.

Seperti yang dikutip dari detiktravel, Video lava 'tersenyum' itu pun banyak beredar di media sosial seperti Facebook serta Youtube. Dalam video di Youtube yang berdurasi sekitar 5 menit itu tampak helikopter terbang cukup tinggi dari kawah.

Setelah berputar sebentar, tampaklah lava yang bentuknya bagai senyuman dari balik pinggiran kawah. Ada dua titik merah menyala dengan lava yang juga membentuk garis setengah lingkaran di bawahnya. Benar-benar mirip seperti senyuman!

Secara perlahan-lahan lava dari dalam kawah mengalir di lereng gunung. Lalu terus mengalir menuju Samudera Pasifik. Tak jauh dari aliran lava ke samudera itu, tampak pula sekitar 2 kapal yang berlayar. Belum ada informasi pasti apakah kapal itu membawa turis atau tidak.


Lava dari kawah Pu'u O'o akhirnya bisa mencapai lautan untuk pertama kalinya sejak tahun 2013. Rupanya, memang banyak turis yang penasaran ingin melihat langsung momen langka aliran lava yang mengalir ke samudera ini.

Aktivitas melihat lava tersebut sebenarnya tidak terlalu disarankan karena berisiko. Pihak US Geological Survey sudah memperingati turis terkait berbagai bahayanya, seperti iritasi mata, kulit dan paru-paru karena terkena partikel vukanik.




Baca Juga:





Rabu, 11 Mei 2016

Objek Tempat Wisata Terkenal di Paris Populer Terbaik Terindah Perancis



tempat wisata yang terkenal di paris
tempat wisata paling terkenal di paris

Objek Tempat Wisata Terkenal di Paris Populer Terbaik Terindah Perancis.
objek wisata terkenal di paris yang mungkin bisa menjadi pilihan kalian
yang ingin mengunjungi keindahan alam kota paris dengan semua
keindahannya. Beberapa tempat wisata populer di paris menjadi pilihan
banyak turis.

Namun selain di paris

Senin, 02 Mei 2016

Teluk Triton, Kampung Lobo dan Legenda Garuda Raksasa Papua

Teluk Triton di kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat,  merupakan surga yang cantik untuk melihat kemegahan mentari terbenam meninggalkan Kaimana dengan segenap kesibukannya. Jauh lebih indah daripada itu, terdapat sekira 959 jenis ikan dan 471 jenis karang yang hidup di dalam bawah laut Teluk Triton.


Jika kita pergi ke kawasan pegunungan di Maimai kita akan saksikan budaya yang tak kalah menarik. Gambar-gambar kuno dari zaman prasejarah merupakan suatu harta yang tak ternilai di sini. Di dinding tebing karang sepanjang 1 kilometer terdapat lukisan kuno berupa telapak tangan, tengkorak dan binatang. Uniknya, semua itu sulit dijangkau dengan tangan telanjang karena terletak di langit-langit tebing. Bentuk lukisan yang dibuat dari bahan pewarnaa alami itu pun masih tampak jelas hingga sekarang.

Lukisan kuno dan senja spektakuler merupakan secuil pengalaman menarik di Teluk Triton. Perjalanan dapat dilanjutkan hingga ke Kampung Lobo. Temukanlah atraksi mamalia paus bryde yang sedang menari-nari di tengah lautan, sesekali menyemburkan air ke udara dari lubang punggungnya. Paus yang tergolong mungil ini merasakan kehangatan perairan tropis Triton yang menenangkan.

 Teluk Triton

Lukisan Kuno di tebing Karst

Paus-paus di sini hidup harmonis dengan masyarakat Teluk Triton. Nelayan tidak memburunya, melainkan menganggapnya sebagai penyelamat bahkan keluarga. Tidak heran jika mamalia sepanjang 12 meter ini tak segan menampakkan diri dan bermain-main di sekitar perahu para nelayan.

Masih di Kampung Lobo, Anda juga bisa menyaksikan jejak peninggalan Hindia Belanda berupa benteng Fort du Bus yang dibangun pada 1828. Berdirinya benteng menandai kelahiran koloni Hindia Belanda di tanah Papua. Ketika itu, Hindia Belanda bersedia mengangkat tiga penduduk pribumi untuk mengepalai tiga daerah, mereka adalah Raja Namatota, Raja Lokajihia yaitu Kasa, dan Lutu (orang terpandang di Lobo, Mewara dan Sendawan).

Teluk Triton terkenal dengan jenis karang lunaknya atau yang disebut soft coral sehingga penggemar diving dan snorkeling wajib menjajalnya. Titik menyelamnya antara lain di sekitar Temintoi dan Selat Iris. Banyaknya jenis ikan di sini juga sangat cocok sebagai arena memancing. Sempatkanlah menjelajah Pulau Umbrom yang terkenal dengan pasir putihnya, maupun Pulau Kelelawar yang menjadi tempat tinggal ribuan hewan nokturnal tersebut.




Cerita Rakyat: BURUNG GARUDA DI GUNUNG EMANSIRI LOBO, KAIMANA
Gunung Emansiri

Konon di atas Gunung Emansiri yang puncaknya menjulang persis di atas kampung Lobo hidup seekor burung yang besar yakni Burung Garuda , jenis Elang yang sangat besar . Dan di tempat itu juga hidup pula seekor ular besar yang disebut ular naga . Bagian Kiri dan Kanan Gunung itu sangat terjal. Ular itu tidak kemana-mana, hidupnya bergantung pada sisa-sisa makanan yang dijatuhkan oleh burung garuda. Makanan burung itu berupa binatang dari hutan, ikan, atau mangsa lain yang dapat di makan. Burung ini, dapat terbang ke mana-mana, mencari makanan sampai ke daerah Fakfak, ke seluruh wilayah Papua, bahkan iapun dapat mencari ke daerah lain di wilayah Nusantara ini. Kemanapun burung ini terbang mencari mangsa pasti dia akan kembali ke tempat asalnya yaitu Gunung Emansiri, Kampung Lobo, Kaimana.

Konon pada suatu hari, warga sekitar kampung Lobo pernah melihat atau menyaksikan Burung Garuda mengangkut atau mengangkat sebuah perahu Kole-Kole bersama satu orang di dalamnya ke atas puncak Gunung Emansiri. Warga sekitar yang menyaksikan peristiwa itu sangat terkejut dan ketakutan. Mereka merasa terancam. Sejak peristiwa itu, warga sekitar hanya mencari ikan pada waktu malam. Orang yang bekerja di kebun pada siang hari perlu ada orang yang mengawasi, terutama untuk melihat bayangan burung Garuda yang terbang. Ketika Burung Garuda terbang atau melintas, orang-orang yang ada disekitar cepat atau segera bersembunyi di balik pepohonan ataupun tempat lain yang dianggap aman. Mereka menunggu sampai burung sudah tidak kelihatan lagi. Setelah itu mereka melanjutkan pekerjaan keseharian.

Rajawali

Hari berganti hari begitulah kehidupan mereka yang selalu diliputi cemas, gelisah bahkan rasa takut yang selalu menghantui kehidupan mereka. Warga kampung duduk bersama untuk membicarakan bagaimana caranya untuk mengusir ataupun cara lain untuk membunuh burung tersebut. Sambil membicarakan hal itu mereka melihat ada kapal layar besar bertiang tiga yang datang dari kejauhan. Perlahan-lahan kapal itu datang dan menghampiri tempat dimana mereka berada. Kapal itu merapat dan berlabuh dalam teluk di depan kampung Lobo. Pertama warga kampung takut melihat orang asing yang ada di kapal. Tapi lewat bahasa isyarat, juru bahasa asing dapat memahami kondisi dan keberadaan mereka. Warga sekitar mulai menceritakan bahwa di atas gunung itu ada seekor burung yang amat besar. Burung itu selalu memangsa binatang atau ikan bahkan manusia juga. Selain burung ada juga terdapat ular besar yang mempunyai bola mustika, yang keduanya membuat warga kampung merasa takut.

Mendengar cerita tersebut, orang asing tertarik untuk mengambil bola mustika yang ada di Gunung Emansiri. Untuk itu orang asing mencari akal dan berusaha untuk membunuh burung terlebih dahulu. Keesokan hari, pada waktu pagi cerah mereka menambatkan seekor anjing di atas rakit kecil . Rakit dibiarkan terapung. Orang asing dan warga kampung berada tidak jauh dari rakit itu. Selang beberapa waktu muncul burung itu, kemudian menghampiri rakit itu. Orang asing mulai melepaskan tembakan bertubi-tubi tepat pada burung itu. Kedua sayapnya patah dan jatuh terkapar mati di sebuah pulau kecil depan Kampung Lobo. Karena burung ini sangat besar maka hampir seluruh bagian tubuhnya menutup pulau itu.

Gunung Emansiri dari jauh

Saat itu juga, orang-orang asing menggunakan berbagai alat termasuk tali panjang untuk memanjat Gunung Emansiri. Malam itu juga mereka menyaksikan ular besar itu bermain dengan, “Mustika,” bola yang bulat dan bercahaya menerangi sekitarnya. Dengan tembakan, Ular itu takut dan menjauh, mustika diambil dan dimasukkan dalam kantong. Setelah mendapatkan mustika itu, segera meluncur ke bawah kaki Gunung Emansiri. Selanjutnya ke kapal, mengangkat sauh dan meninggalkan daerah atau teluk itu. Teluk itu yang kemudian di kenal dengan nama “Teluk Triton.”

Tulang belulang dari burung Garuda itu, masih ada di pulau itu. Tangga atau alat-alat lain termasuk goa ketika orang asing (orang-orang portugis dan Belanda) untuk memanjat gunung itu masih ada. Oleh karena kegagahan dan keperkasaan Burung ini, maka leluhur bangsa dan negara kita dapat menjadikannya sebagai simbol atau lambang negara kita. Ular itu juga nyaris atau hampir mati kelaparan karena tidak ada pasokan, yaitu sisa-sisa makanan daging dan ikan yang jatuh dari mulut burung garuda semasa hidupnya. Kemudian Masyarakat Lobo dan sekitarnya dapat berkebun dan melaut di siang hari tanpa ada rasa takut terhadap burung Garuda yang mengancam kehidupan mereka kala itu.




____________________________________________________________________________________________________

Mungkinkah ada kebenaran dalam cerita rakyat diatas? Jika yang dimaksud burung Garuda tentu mungkin tidak, karena Garuda adalah nama burung mitos. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa memang pernah ada seekor burung raksasa disana. Mungkin orang-orang tersebut benar-benar melihat seekor burung yang luar biasa terakhir dari jenisnya yang belum diidentifikasi ilmu pengetahuan.

AMJG pernah memposting beberapa burung mitos dan beberapa burung besar yang kini telah punah. Namun baiklah dalam postingan ini sedikit AMJG beri satu contoh:


Teratorns Raksasa

Burung ini adalah anggota dari famili Teratorns, Argentavis magnificens (Burung Megah Argentina) dinamakan demikian karena ukuran dan lebar sayapnya yang besar. Burung yang kini sudah punah, ini dilaporkan sebagai burung terbesar yang pernah ditemukan. Banyak fosil-fosilnya yang telah ditemukan di Argentina tengah dan barat laut. Foto diatas menunjukkan model bagaimana burung ini terlihat.

Rentang sayap: 7m
Panjang Tubuh: sekitar 4 kaki (1,26 m)
Tinggi: 1,7 - 2 m
Berat: 70 - 78 kg

Nah bisa jadi burung di Lobo ini juga adalah burung seenis teratorn raksasa atau jenis burung raksasa lainnya yang dulu pernah benar-benar ada .... Wallahualam


Baca Juga:




Selasa, 29 Maret 2016

Sungai yang Mendidih di Rimba Amazon Peru

Ada sungai misterius yang mengalir melalui kedalaman hutan hujan Amazon di Mayantuyacu, Peru, yang benar-benar bisa merebus hewan-hewan kecil hampir seketika. Sementara suhu air di sepanjang 6,4-km-rentang sungai  antara 50 dan 90 derajat Celsius, di beberapa bagian hampir mencapai titik didih 100 derajat. Itu cukup panas untuk menyebabkan luka bakar tingkat tiga dalam hitungan detik.



Orang-orang Asháninka setempat tahu tentang Sungai didih misterius selama berabad-abad, menyebutnya sebagai 'Shanay-timpishka', yang berarti 'direbus dengan panas matahari'. Legenda kuno mengatakan bahwa air panas itu disebabkan oleh ular raksasa bernama Yacumama (ibu dari air) dan sebuah batu besar berbentuk seperti kepala ular terletak di hulu sungai, seakan menjadi bukti legenda tersebut.

Bagi dunia luar, keanehan alam ini hanya itu - sebuah legenda. Selain dari beberapa referensi yang bertanggal kembali ke tahun 1930-an tidak ada dokumentasi ilmiah mengenai sungai mendidih ini dan para ahli geologi menyangsikan keberadaannya didasarkan pada kenyataan bahwa untuk mendidihkan bagian dari sungai akan dibutuhkan sejumlah besar panas bumi, yang tidak mungkin ada karena cekungan Amazon terletak 400 mil (645 km) jauhnya dari gunung berapi aktif terdekat. Kecuali beberapa wisatawan yang berkunjung Mayantuyacu setiap tahun untuk melakukan metode penyembuhan tradisional yang dilakukan oleh orang-orang Asháninka, dunia luar tidak menyadari bahwa keberadaan sungai yang mendidih di belantara Amazon ini nyata.


Keberadaan sungai secara resmi dikonfirmasi pada tahun 2011, ketika ilmuwan panas bumi Andrés Ruzo memutuskan untuk menyelidiki sendiri keberadaan sungai yang mendidih setelah mendengar banyak cerita dan legenda yang membuatnya cukup penasaran untuk berangkat mencari tubuh air mistik tersebut. Kakeknya telah mengatakan kepadanya bahwa Shanay-timpishka ditemukan oleh conquistador Spanyol ratusan tahun yang lalu, ketika mereka melakukan perjalanan jauh ke dalam hutan hujan untuk mencari emas. Mereka yang berhasil kembali berbicara hal-hal yang mengerikan di hutan yang menewaskan banyak teman mereka seperti ular pemakan manusia, penyakit, kelaparan, dan sungai didih yang aneh.

20 tahun setelah ia mendengar cerita ini, Ruzo menemukan seseorang yang mengaku telah melihat sungai langsung - yaitu bibinya sendiri. Saat makan malam bersama keluarga, ia mengatakan bahwa sungai semacam itu sepertinya tak akan ada di tengah rimba amazon, namun bibinya membantahnya dan mengatakan "Tapi Andres, sungai itu benar-benar ada, aku pernah berenang di sungai itu." Pada tahun 2011, dipandu oleh bibinya, ilmuwan muda itu akhirnya menemukan sungai itu, dan terkejut saat mengetahui bahwa air sungai memang hampir mencapai suhu didih.


Ruzo kemudian menulis buku tentang sungai unik ini dengan judul The Boiling River: Adventure and Discovery in the Amazon. "Rasanya seperti berada di sauna di dalam oven pemanggang roti," tulisnya dalam buku tersebut. "Mencelupkan tangan saya ke dalam sungai akan mengakibatkan luka bakar tingkat tiga dalam waktu kurang dari setengah detik. Jatuh ke sungai bisa dengan mudah membunuh saya."

Dia juga memberikan catatan rinci tentang hewan yang  jatuh ke sungai yang mendidih tersebut." Hal pertama yang terlihat adalah mata,"katanya. "Mata, tampaknya, terebus sangat cepat, berubah warna menjadi putih susu. Arus sungai membawa mereka. Mereka mencoba untuk berenang, tetapi daging mereka terebus pada tulang karena begitu panas. Jadi mereka kehilangan tenaga, sampai akhirnya mereka sampai ke titik di mana air panas masuk ke mulut mereka dan mereka termasak dari dalam ke luar. "


Bahkan, air sungai yang begitu panas membuat penduduk setempat secara rutin menggunakannya untuk menyeduh teh. Mereka juga percaya bahwa uap air sungai membuat khasiat obat dalam daun pohon Ranaco yang berada di dekat sungai jadi lebih dahsyat. Namun sejauh ini, belum ada yang mampu memecahkan misteri air sungai yang mendidih. Ruzo hanya dapat memberikan teori sementara - ia percaya bahwa air panas dapat mengalir dari zona sesar, atau celah-celah di bumi, memanaskan berbagai bagian dari sungai.


"Seperti darah yang mengalir melalui pembuluh darah arteri kita, demikian juga, Bumi memiliki air panas yang mengalir melalui celah-celah dan patahan," katanya saat acara TED Talk pada tahun 2014. "Saat arteri bumi ini muncul ke permukaan, kita akan mendapatkan manifestasi panas bumi: fumarol, mata air panas, dan dalam kasus ini, sungai yang mendidih." Ruzo juga tertarik untuk mengetahui tentang organisme extremophile yang telah berhasil bertahan dalam air panas, yang mungkin membantu para ilmuwan memahami bagaimana kehidupan berasal di planet bumi.


"Pada saat segala sesuatu tampak telah dipetakan, diukur, dan dipahami, sungai ini menantang apa yang kita pikir kita tahu," tambahnya. "Ini telah memaksa saya untuk mempertanyakan batas antara yang diketahui dan yang tidak diketahui, kuno dan modern, ilmiah dan spiritual. Ini adalah pengingat bahwa masih ada keajaiban besar yang menunggu untuk ditemukan. Apa yang menakjubkan adalah bahwa penduduk setempat selalu tahu tentang tempat ini, dan bahwa saya bukanlah orang luar pertama yang melihatnya. Ini hanya bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Mereka meminum airnya, mereka mengambil uap nya. Mereka memasak, mandi, cuci, bahkan membuat obat-obatan dengan air sungai yang mendidih itu."

Tujuan jangka pendek Ruzo adalah agar Sungai yang Mendidih itu dinyatakan sebagai monumen nasional Peru, dan melindungi serta melestarikan hutan sekitarnya. Ia percaya bahwa keajaiban alam tersebut terancam oleh penebangan liar, dan berharap bukunya akan membuka mata dunia pada ancaman ini. "Keajaiban alam ini tidak akan ada lagi disana kecuali kita melakukan sesuatu untuk melestarikannya," katanya. "Wilayah Sungai yang Mendidih tetap (untuk sebagian besar) liar dan perawan - dan kita berharap untuk tetap seperti itu."




Baca Juga:





Kamis, 24 Maret 2016

Foto Kepulauan Indonesia yang Menakjubkan dari ISS, NASA

Baru-baru ini seorang astronaut NASA yang sedang berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station/ISS) mengambil foto sebagian wajah kepulauan Indonesia yang sangat menakjubkan.




Kebetulan langit Indonesia sedang terbebas dari awan. Menggunakan lensa 50 mm kamera digital Nikon D4 dan menggunakan efek panorama, astronaut NASA dalam misi Expedition 45 memotret pemandangan Indonesia yang cukup cerah oleh sinar sang surya dengan sedikit aura gelap seperti warna asap di sejumlah area.

NASA menyatakan bahwa foto ini diambil dari jarak sekitar 1.600 kilometer pada 25 Oktober 2015 oleh kru Ekspedisi 45 di ISS yang dikomando oleh astronot Scott Kelly.

Astronot mengambil foto tersebut saat cuaca di Jawa dan wilayah lain di timurnya cerah, sementara Sumatera tengah dilanda bencana kebakaran hutan.



Wilayah paling terang yang memantulkan sinar Matahari adalah wilayah sekitar Surabaya. Dan juga bisa diamati sejumlah gunung berapi yang sedang mengeluarkan asap. Mereka adalah Lawu, Kelut, Semeru, Iyang-Argapura, Raung, dan Rinjani. Gunung-gunung itu menjadi tulang punggung kepulauan Indonesia yang terbentuk dari benturan antara lempeng Australia dan Asia.

Tim NASA menduga, luapan asap tersebut bisa berujung pada kebakaran. Hal ini kemudian dianggap penting untuk diamati karena gunung berapi tersebut berdiri di atas lapisan udara penuh asap.

Setiap hari para astronaut di antariksa mendapat pesan yang isinya berupa peringatan mengenai peristiwa dinamis seperti letusan gunung atau kebakaran, sehingga mereka diharapkan bisa melakukan observasi dari luar angkasa.


Baca Juga:



Rabu, 23 Maret 2016

Beda Antara Rafflesia dengan Bunga Bangkai

Ternyata masih banyak yang menganggap Bunga Bangkai dan Bunga Rafflesia adalah sejenis. Padahal keduanya merupakan bunga yang berbeda, baik bentuk maupun jenisnya!

Berikut adalah perbedaan dan fakta-fakta mengenai Bunga Bangkai (Amorphophallus titanum) dan Rafflesia


Padma raksasa rafflesia (R. arnoldii) gambar sebelah kiri dan bunga bangkai raksasa (A. titanum) di sebelah kanan sering tertukar dan dianggap jenis yang sama.


Baik Rafflesia maupun Amorphophallus adalah tumbuhan bunga, namun hubungan kekerabatan mereka jauh. Rafflesia arnoldii mempunyai bunga tunggal terbesar di dunia dari seluruh tumbuhan berbunga, setidaknya bila orang menilai dari beratnya. Amorphophallus titanum mempunyai perbungaan tak bercabang terbesardi dunia.




Rafflesia

1. Rafflesia Tidak Sama dengan Bunga Bangkai Raksasa
Rafflesia atau padma raksasa merupakan bunga yang dapat mengeluarkan bau busuk. Namun, umumnya masyarakat umum tertukar dan menyamakan antara rafflesia dengan bunga bangkai suweg raksasa (Amorphophallus titanum). Meskipun sama-sama berbau bangkai, jenis rafflesia (rafflesia spp) dan suweg merupakan dua jenis yang sama sekali berbeda.

Jika rafflesia bentuk bunganya melebar, maka suweg raksasa memiliki bunga yang tinggi memanjang. Jika rafflesia merupakan tumbuhan endoparasit, maka suweg adalah tumbuhan seutuhnya yang berkembang dari umbi.

Khusus untuk kesalahan ini sangat elementer di masyarakat umum, bahkan kesalahan ini juga ada dalam buku pelajaran IPA bagi siswa sekolah dasar.

2. Rafflesia Bukan Tumbuhan Pemakan Bangkai
Masih terdapat persepsi bahwa rafflesia adalah tumbuhan predator, atau tumbuhan yang hidup dari memangsa serangga. Pemikiran ini disalahartikan dengan pencampuradukan fakta antara rafflesia dan tumbuhan kantong semar (pitcher plant, nepenthes spp.).

Jika bau yang dikeluarkan oleh kantong semar adalah untuk memikat serangga agar terperangkap ke dalamnya, maka bau yang dikeluarkan oleh bunga rafflesia adalah untuk menarik lalat untuk melakukan penyerbukan antara benang sari dan putik. Menurut para ahli persentase pembuahan rafflesia sangat kecil, karena bunga jantan dan betina sangat jarang bisa mekar bersamaan dalam waktu yang sama.

Bunga rafflesia sendiri hanya berumur satu minggu (5-7 hari) setelah itu layu dan mati, sehingga tidak mungkin keberadaan bunga rafflesia adalah untuk memangsa serangga.

3. Rafflesia Tidak Tumbuh dan Berakar di Atas Tanah
Raflesia tidak tumbuh dan berakar di atas tanah, karena rafflesia merupakan jenis tumbuhan parasit yang menempel pada inangnya yaitu sejenis tumbuhan merambat (liana) tetrastigma (tetrastigma spp).

Rafflesia tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesa, juga tidak memiliki akar dan tangkai batang. Ketika inangnya mati, maka raflesia juga turut mati. Rafflesia menyerap unsur organik dan anorganik melalui haustorium atau sejenis akar dari jaringan inangnya.

Padma raffesia tidak tumbuh di atas permukaan tanah, tetapi menempel di batang inangnya. Dalam gambar bunga R. patma yang telah layu masih menempel di batang tetrastigma. 

4. Rafflesia Tidak Hanya Ada Satu Macam Jenis
Jenis rafflesia yang paling terkenal di dunia adalah R. arnoldii asal Bengkulu yang sering menghiasi berbagai macam poster maupun buku-buku ilmiah di seluruh dunia.

Namun jenis rafflesia tidak hanya terdiri dari satu jenis spesies saja. Diperkirakan di seluruh Asia Tenggara yang melingkupi Sumatera, semenanjung Malaya, Jawa, Borneo dan kepulauan Filipina terdapat sekitar 27 spesies rafflesia. Adapun 17 spesies diantaranya berada di Indonesia.

Jika bunga R. arnoldii dapat berkembang hingga diameter lebih dari 1 meter dan berat hingga 10 kg, jenis bunga rafflesia terkecil adalah R. manillana yang ada di kepulauan Filipina dengan diameter hanya sekitar 20 cm.

Rafflesia haselstii. Salah satu jenis bunga padma raksasa yang paling indah, rafflesia ini berwarna merah dan putih. 

5. Rafflesia Tidak Hanya Tumbuh di Satu Tipe Hutan
Habitat hidup rafflesia pun berbeda-beda, dari yang dapat hidup di hutan pantai seperti R. patma di CA Leuweung Sancang di Jawa Barat, R. zollingeriana di hutan dataran rendah TN Meru Betiri Jawa Timur hingga R. rochusenii yang tumbuh di ketinggian 1.000-1.500 m dpl di lereng Gunung Salak dan Gunung Gede di Jawa Barat.

Selama pada habitat tersebut tumbuh inang rafflesia yaitu liana tetrastigma (famili Vitaceae) terdapat kemungkinan rafflesia dapat dijumpai di situ.

Selain keberadaan inang, faktor kecocokan klimat, seperti kelembaban merupakan faktor penting tumbuhnya rafflesia. Beberapa peneliti menduga musang dan beberapa serangga tertentu turut dalam menyebarluaskan biji parasit rafflesia.

6. Sir Stamford Raffles Bukanlah Penemu Rafflesia
Meskipun secara ilmiah seluruh genus padma raksasa diberi nama rafflesia (terambil dari nama Raffles), faktanya Gubernur Jendral Sir Thomas Stamford Raffles bukanlah penemu rafflesia. Bunga rafflesia terbesar di dunia yaitu Rafflesia arnoldii ditemukan pada tahun 1818 oleh seorang pemandu yang bekerja pada Dr. Joseph Arnold, seorang peneliti yang saat itu sedang melakukan penelitian di hutan Bengkulu.

Arnold yang bekerja untuk sebuah tim ekspedisi di bawah Raffles kemudian melaporkan temuan ini kepada atasannya. Nama ilmiah Rafflesia arnoldii merupakan gabungan dari nama Thomas Stamford Raffles sebagai pemimpin ekspedisi dan Josep Arnold sebagai penemu bunga.

Sejak saat itu nama Raffles menjadi atribut lestari yang melekat sebagai nama genus ilmiah dari tumbuhan patma raksasa yang hanya dapat dijumpai di kawasan hutan-hutan di Asia Tenggara.

7. Rafflesia Sudah Dapat Dikembangbiakan di luar Habitatnya
Hingga saat ini rafflesia belum dapat dibudidayakan dan dikembangkan di luar habitat alaminya. Meski demikian penelitian yang dilakukan oleh Sofi Mursidawati dan timnya dari LIPI telah berhasil menumbuhkan bunga Rafflesia patma di Kebun Raya Bogor. Teknik ini dikenal dengan nama grafting atau penyambungan akar inang rafflesia yaitu tetrastigma.

Sebelumnya para peneliti telah memperkirakan akar tumbuhan tetrastigma yang memiliki probabilitas terinfeksi biji parasit rafflesia, kemudian memotongnya dan menyambungkannya dengan tetrastigma lain yang telah ada di Kebun Raya Bogor. Dibutuhkan waktu hingga 6 tahun hingga R. patma tersebut berbunga pertama kalinya di Kebun Raya Bogor pada tahun 2010. Keberhasilan ini merupakan yang pertama di dunia.

Meskipun telah berhasil dibungakan di luar habitat alaminya, para peneliti melihat hilangnya habitat alami rafflesia akan berakibat musnahnya tumbuhan unik ini. Masih banyak misteri yang perlu dikaji tentang rafflesia.

Rafflesia patma yang berhasil dibungakan di Kebun Raya Bogor pada tahun 2012




Bunga Bangkai Raksasa atau Titan Arum

Amorphophallus titanum atau Titan Arum atau Suweg Raksasa merupakan tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae) endemik dari Sumatera, Indonesia, yang dikenal sebagai tumbuhan dengan perbungaan tak bercabang terbesar terbesar di dunia. Ditemukan pertama kali oleh Odoardo Beccari seorang ahli botani Italia pada tahun 1878, di Lembah Anai, Sumatera Barat. Jenis ini hanya tumbuh endemik di hutan hujan tropik Sumatera, Indonesia.

Tumbuhan ini umumnya hidup di hutan sekunder di mana keadaan tumbuhan dan sekitarnya tidak terlalu rapat dan gelap. Pada hutan-hutan (virgin forest) yang pertumbuhan pohon-pohonnya tinggi sekali dan keadaan sekitarnya gelap, Bunga Bangkai malah tidak dapat tumbuh. Tanah yang dikehendaki adalah tanah yang mempunyai aerasi baik, gembur penuh humus atau pada tanah yang berkapur. Tumbuhan dengan baik pada ketinggian 0-1.200 m dpl.

Siklus hidup Bunga Bangkai mengalami 2 fase, yaitu fase vegetatif (berdaun), fase generatif (berbunga).



Dua bunga bangkai, satu dalam fase berbunga sedangkan yang satunya dalam fase vegetatif di Sumatera. Foto diambil di awal abad 20

Pada fase vegetatif, di atas umbi akan muncul batang tunggal dan daun yang sekilas mirip dengan pohon pepaya. Tinggi pohonnya bisa mencapai 6 m. Setelah beberapa tahun, organ generatifnya akan layu dan umbinya Dorman. Apabila lingkungan mendukung, dan umbinya memenuhi syarat pohon ini akan digantikan dengan tumbuhnya bunga bangkai. Tumbuhnya bunga majemuk yang menggantikan pohon yang layu merupakan fase generatif tanaman ini.

Bunga baru bisa tumbuh bila umbinya memiliki berat minimal 4 kg. Bila cadangan makanan dalam umbi kurang atau belum mencapai berat 4 kg, maka pohon yang layu akan di gantikan oleh pohon baru.

Selain itu, bunga bangkai merupakan tumbuhan berumah satu dan protogini, dimana bunga betina reseptif terlebih dahulu, lalu diikuti masaknya bunga jantan, sebagai mekanisme untuk mencegah penyerbukan sendiri. Bau busuk yang dikeluarkan oleh bunga ini, seperti pada rafflesia, berfungsi untuk menarik kumbang dan lalat penyerbuk bagi bunganya. Setelah masa mekarnya (sekitar 7 hari) lewat, bunga bangkai akan layu. Setelah itu akan kembali melewati siklusnya, kembali ke fase vegetatif, dimana akan tumbuh pohon baru di atas umbi bekas bunga bangkai.

Apabila selama masa mekarnya terjadi pembuahan, maka akan terbentuk buah-buah berwarna merah dengan biji pada bagian bekas pangkal bunga. Biji-biji ini bisa ditanam menjadi pohon pada fase vegetatif. Biji-biji inilah yang sekarang dibudidayakan.

Bunga ini pernah ditanam di Kebun Raya Cibodas, meskipun letak geografis Kebun Raya Cibodas relatif lebih tinggi dibandingkan habitat alaminya, tumbuhan ini dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik.

Bunga Bangkai di Kebun Raya Cibodas mekar sempurna 7 Maret 2016 ini tingginya mencapai 3,735 meter.

Bunga bangkai sekarang telah tersebar di berbagai tempat di penjuru dunia, terutama dimiliki oleh kebun botani atau penangkar-penangkar spesialis. Di Amerika, bunga yang muncul seringkali diberi julukan atau nama tertentu dan selalu menarik perhatian banyak pengunjung. Uniknya banyak pengunjung datang untuk "menikmati bau"nya.



Baca Juga






Source: mongabay.com dan beberapa lainnya

Kamis, 17 Maret 2016

Asal Nama Yogyakarta dan Malioboro

Perdamaian Giyanti yang ditandatangani pada 22 Rabiulakhir 1680 dalam kalender Jawa, atau 12 Februari 1755, telah membagi kekuasaan Tanah Jawa menjadi Kasusunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta. Pembangunan bangunan inti Keraton Kasultanan Ngayogyakarta selesai pada 7 Oktober 1756, yang kemudian diperingati setiap tahunnya sebagai hari jadi Kota Yogyakarta.



Bahasa Sansekerta telah berpengaruh dalam budaya dan sastra Jawa kuno. Sebuah petunjuk tentang asal nama Yogyakarta. Nama “Ngayogyakarta” rupanya berasal dari bahasa Sansekerta Ayodhya (bahasa Jawa: “Ngayodya”), demikian menurut Peter B.R. Carey yang mengungkapkan hal tersebut dalam tulisannya Jalan Maliabara ('Garland Bearing Street'): The Etymology and Historical Origins of a much Misunderstood Yogyakarta Street Name, yang terbit dalam jurnal  Archipel, Volume 27, 1984. Dari penjelasan Carey tersebut, sepertinya kita harus menghormati kearifan pendiri kota ini dengan tetap melafalkan "Yogya" meskipun nama kota ini kerap ditulis sebagai "Jogja".

Ayodhya, menurutnya, merupakan  kota dari Sang Rama, seorang  pahlawan India dalam wiracarita Ramayana. Demikian juga dengan nama Jalan “Maliabara”—atau yang biasa ditulis sebagai Malioboro—Carey berpendapat istilah itu diduga diadopsi juga dari bahasa Sansekerta “malyabhara”.

Istilah Sansekerta “malya” (untaian bunga), “malyakarma” (merawat untaian bunga), “malyabharin” (menyandang untaian bunga)  menurut Carey dapat ditemukan dalam kisah Jawa kuno. Ketiganya bisa dicari dalam kitab Ramayana abad ke-9, kitab Adiparwa dan Wirathaparwa abad ke-10, dan juga Parthawijaya abad ke-14. Sayangnya, ungkap Carey dalam jurnal tersebut, istilah tersebut tampaknya tidak ditemukan dalam naskah kontemporer yang berkait dengan pendirian Keraton Ngayogyakarta oleh Mangkubumi pada pertengahan abad ke-18.

Suasana Jalan Malioboro pada 1933. Lokasi foto ini sekitar depan Hotel Garuda sekarang.

Namun, pada kenyataannya Jalan Maliabara menjadi rajamarga yang berfungsi sebagai jalan raya seremonial yang membelah jantung kota, menautkan hubungan sakral nan filosofis antara Keraton dan Gunung Merapi. Carey mencoba menengok tradisi dalam kota India dengan jalan raya utama yang membentang dari Timur ke Barat dan dari Utara ke Selatan. Malioboro [Maliabara] membentang dari Selatan ke Utara, dan kemungkinan sebagai rajamarga atau jalan sang raja.

Sebagai jalan raya utama atau rajamarga,  segala upacara penyambutan tamu agung sejak gubernur lenderal di zaman Hindia Belanda sampai presiden di zaman sekarang selalu melintasi jalan bersejarah tersebut.

Penjelasan Carey dalam jurnal tersebut secara arif menegaskan kembali bahwa Maliabara bukan berasal dari nama “Marlborough” yang mengacu kepada sosok orang Inggris, John Churchill, First Duke of Marlborough (1650-1722).

Sebuah penanda kota di Jalan Malioboro yang akrab dijuluki warga sebagai "Ngejaman" lantaran terdapat jam listrik. Foto awal abad ke-20

Suasana Jalan Malioboro di sebelah ujung utara. Kini, sebelah kiri adalah Jalan Abu Bakar Ali. Foto sekitar awal abad ke-20

“Argumen yang pernah disampaikan beberapa pihak bahwa Keraton Yogyakarta mengganti nama jalan utama ibu kota mereka karena begitu terkesan dengan Inggris dan Letnan-Gubernur Thomas Stamford Raffles,” tulis Carey, “harus jelas ditolak sebagai alasan yang tidak masuk akal.”

Dari pemerian Carey tadi, tampaknya leluhur Kota Yogyakarta telah menahbiskan nama “Maliabara” dengan merujuk bahasa Sansekerta “malyabhara”. Mungkin kita bisa menafsirkan makna sastrawinya sebagai “seruas marga sang raja dengan semarak untaian bunga-bunga”—keindahan yang sempurna.


Baca Juga:





Sumber: NatGeo